Rabu, 09 Juni 2010

Manusia dan Cinta

Manusia ditakdirkan untuk resah, manusia ditakdirkan untuk mencari jawaban dari semua pertanyaan-pertanyaan yang mereka buat sendiri, meski pada akhirnya ia tidak dapat menemukan jawaban itu. Kegelisahan itu menuntut mereka untuk mencoba memahami siapa sebenarnya diri mereka, memahami realitas hidup, memahami segala sesuatu yang telah dan bakal menimpanya. Siapapun yang ingin mengetahui rahasia kehidupan tentu ia akan merenung dan mengalami masa kegelisahan, mengalami masa keterasingan diri, yang akhirnya membawa kepada kesimpulan tertentu berdasarkan apa yang telah dia pahami. Terkadang kesimpulan ini bertentangan dengan lingkungan, bertentangan dengan nurani manusia pada umumnya, tapi baginya ini adalah ilham kebenaran. Batapa banyak para pemikir, para penyendiri yang menemukan diri mereka jauh dari realitas hidup, barangkali alasan mereka melakukan itu adalah bukti, mereka ingin menemukan bukti kebenaran yang dapat digapai oleh indra manusia.
Rahasia kehidupan yang selalu menjadi madunya dunia, pelangi yang memberi warna dalam kehidupan, yang terkadang membuat manusia resah, tapi tidak sdikit yang membuat manusia merasakan surga dunia, itu adalah cinta, bukan cinta kepada saudara, bukan cinta kepada orang tua, bukan cinta kepada sesama, tapi cinta kepada lawan jenis yang menurut mereka menarik perhatiannya, yang menurut mereka indah dipandang, dan tentram dirasa. Cinta sebagaimana telah didefinisikan oleh rubuan bahkan jutaan manusia, tapi arti cinta bagi manusia sendiri melebihi semua arti yang telah mereka temukan. Cinta selalu menjadi bagian mesteri kehidupan, cinta menjadi motivasi seseorang untuk melakukan kabaikan maupun kejahatan, cinta yang kadangkala membuat manusia ingin menjauhinya, walaupun jauh di dasar hatinya ia mengakui tidak dapat menjauh dari cinta. Banyak orang menyimpulkan cinta sejati adalah milik Tuhan, cinta sejati hanya untuk Tuhan, cintailah sesamamu atas nama Tuhan, cintailah dia karena Tuhan, segala sesuatu selalu dikaitkan dengan kekuatan yang Absolut yaitu Tuhan, tidak dapat dipungkiri karena Tuhanlah yang telah memberikan rasa cinta kepada manusia.
Dapatkah manusia mencitai Tuhan sebagaimana ia mencintai pasangannya? Inilah pertanyaan yang terkadang sulit dijawab oleh manusia. Ketika kita mencintai seseorang, kita akan berusaha menghadirkannya dalam mimpi dan hayal, kita akan berusaha melakukan tindakan yang membuat orang yang kita cintai itu tersenyum, kita akan berusaha untuk berkorban demi dia, kita akan berusaha melakukan apapun yang dipintanya, segala sesuatu selalu kita kaitkan dengan orang yang kita cintai. Kita akan berusaha menjadi manusia sebaik mungkin di depannya, kita akan berusaha agar dia percaya terhadap semua ucapan kita, meskipun kadangkala kedok-kedok kemunafinakan menghiasi wajah-wajah kita, semua itu dilakukan karena cinta. Apakah kita sanggup melakukan itu untuk Tuhan? Apakah kita dapat memberikan cinta tulus kita untuk Tuhan? Sejauh ini tidak ada manusia yang bisa menjalani cinta sejati hanya dengan Tuhan kecuali cerita-cerita sufi klasik, sebab kebutuhan manusia bukan hanya bisikan-bisikan, bukan hanya hayal rasa bahagia. Tapi membutuhkan diri yang berwujud yang dapat dipandang, yang dapat dirasa, yang dapat kita nikmati keberadaannya.
Kebanyakan manusia berkhayal untuk meraih cinta Tuhan, berkhayal untuk mencintai Tuhan, dengan mengatakan cinta sejati adalah untuk Tuhan. Benarkan Tuhan memerlukan cinta dari manusia? Dicintai atau tidak dicintai bagi-Nya tidak berpengaruh, begitu juga dengan sebutan orang-orang yang mengatakan ingin mebela Tuhan, betapa sombongnya orang tersebut. Benarkah kita dapat membela Tuhan sedangkan kita tidak dapat membela diri kita sendiri, kita yang butuh oleh Tuhan, bukan Tuhan yang butuh oleh kita, Tuhan tidak perlu pembelaan dari kita, Tuhan tidak perlu sembahan manusia, dibela atau tidak, disembah atau tidak, Ia tetap sebagai Tuhan, Tuhan yang menguasai alam, Tuhan yang mengatur kehidupan dunia ini, Tuhan yang mampu melakukan apapun bila dia berkehendak, kalau kita beranggapan ingin membela Tuhan, secara tidak langsung kita meragukan kekuasaan Tuhan, atau kita beranggapan Tuhan telah lemah, sehingga kita perlu membelanya, bukankah tidak demikian,,,???